"Seperti sekawan burung yang hilir mudik menikmati kehangatan mentari
Aku lepaskan semua beban di hati ini
Tak akan pernah lelah kaki ini melangkah, menyusuri
Ribuan jalan yang akan mengantarkanku pada mimpi-mimpi
Tak akan pernah lelah mata, hati dan telinga ini
Menanti kemenangan di ujung jalan yang akan kudapati
Hari ini, kutetepkan hati
Melangkah memasuki gerbang Perguruan Tinggi
Dengan niat tulus mengabdi
Pada Ibu Pertiwi
Tak akan pernah lelah aku berbagi
Untuk bisa menjadi berarti
Di sini,
Di Perguruan tinggi,
Akan kumulai lagi perjuangan sejati
Perjuangan seorang anak negeri
Untuk mendapatkan secercah ilmu abadi
Sebagai tanda cinta yang hakiki
Untuk berbagi dan memberi "
Akan menjadi masa-masa indah dalam hidupku, ketika aku berhasil memopmpa semangat baru. Masih segar dalam ingatanku, bayang-bayang indah di sebuah Perguruan Tinggi. Tahun ini aku optimis menjadi tahun kelulusanku dari SMA. Aku mantap melangkah menuju gerbang Perguruan Tinggi. Wala jalan ke depan terlihat jelas berliku dan terjal, aku tak akan gentar. Aku tak akn patah arang. Ya, karena jalan kesuksesan pasti ada, tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkan peluang menjadi tantangan. Jangan salahkan diriku jika terkesan begitu terobsesi, ini luapan semangat yang berapi. Ketetapan hati yang lama ku bangun, tak akan runtuh dihempas masa. Sekali aku ingin kuliah, maka jalan itu yang akan kuambil. Bagiku, Perguruan Tinggi akan menjadi batu loncatan terbaik untuk melangkahkan kaki menuju masa depanku yang hakiki. Menuju kehidupanku yang sesungguhnya, lepas dari bayang-bayang orang lain. Jangan salahkan aku, jika aku sangat ingin kuliah. Walaupun aku tahu, kuliah tak semudah di pendidikan formal sebelumnya, tapi aku harus bisa. Aku akan memulai dengan langkah setapak demi setapak, perlahan tapi pasti. Masa depanku ada di tanganku dan dari pemikiran kecil, aku harus mampu berkembang membangun karakterku yang lebih matang. Jangan salahkan aku jika aku ingin kuliah!!!
Read More..
Jumat, 26 Februari 2010
CERITA SENJA
Rasanya tak bisa lagi kutahan lelahku ini. Aku lelah, sungguh aku lelah dengan semua yang terjadi padaku. Di sudut kamar ini, air mata bertetesan tak henti. Aku lelah, bukan lagi hanya lelah fisik, tapi batinku pun ikut lelah. Hati ini hancur, lebih parah daripada rasa sakit hati kehilangan cinta sang pujaan hati. Jauh lebih sakit dari itu. Aku, harus kugambarkan sedikit tentang hidupku padamu agar kamu nantinya tahu seberapa sakit yang kurasakan.
Aku seorang anak pemulung. Namaku Susanti, nama asli pemberian almarhum ibuku. Entah apa yang ingin ibu tunjukkan padaku dari nama itu. Aku tak tahu maksudnya, karna aku tak pernah sempat berbicara padanya hingga akhir hayatnya. Ku ulangi lagi, aku seorang anak pemulung. Ayahku Abdul Ahmad adalah seorang pemulung. Bisakan kalian bayangkan bagaimana kerja keras yang harus dijalani ayahku?? Untung saja almarhum ibuku meninggalkan sepetak tanah di kota metropolitan ini. Kami bisa mendirikan gubuk kecil di sana, bertempst tinggal di sana dengan segala keterbatasan yang ada. Ayahku tak pernah mengajarkanku untuk merasa malu dan berkecil hati dengan segala kurang yang ada. Bahkan ayahku tak pernah sedikitpun membiarkanku meratapi perihnya nasib yang harus kami tanggung. Ibarat bumi, aku tak akan pernah bisa hidup tanpa cahaya darinya. Sungguh sekalipun ayahku seorang yang miskin harta, tapi kebesaran jiwanya tak ada yang mampu menandingi.
Aku masih bisa bernafas lega. Sekalipun ayahku hanya seorang pemulung, tapi aku masih bisa mengenyam pendidikan. Seorang kaya yang budiman, Pak Bambang teman lama ayah, yang selama ini membiayai sekolahku. Aku sangat bersyukur bisa menikmati masa-masa indahh di bangku sekolah. Investasi yang Pak Bambang beri padaku sungguh tak pernah bisa aku balas. Tanpa bantuan itu mungkin aku hanya akan menjadi seorang anak pemulung yang menatap masa depan dengan suram.
Sekarang ini aku adalah seorang susanti anak pemulung berusia 18 tahun. Teman, akan kuceritakan padamu kenapa aku bilang hatiku hancur lebih parah dari rasa patah hati. Saat ini aku masih bersyukur karena aku masih punya ayah, sebuah gubuk tempat tinggal, beberapa buku pelajaran dan investasi pendidikan dari Pak Bambang. Sungguh rasa syukur yang begitu dalam. Aku seperti menjadi anak paling beruntung jika ingat nikmat-nikmat yang Tuhan berikan itu di tengah kerasnya hidup yang harus kujalani.. Usia 18 tahun sebenarnya menjadi usia paling buruk yang selalu aku bayangkan. Jika bisa aku memutar waktu, aku ingin usiaku tak pernah bertambah sampai 18 tahun. 18 tahun berarti masa investasi pendidikan dari Pak Bambang berakhir. Ya, karena janji beliau menyekolahkanku hanya sampai lulus SMA saja. 18 tahun berarti aku harus memendam dalam-dalam mimpiku meninggikan derajat ayah dari sekedar seorang pemulung. Harus kupendam dalam-dalam keinginanku untuk menjadi seorang dokter. Teman, cita-citaku adalah seorang dokter.
Selama ini aku berjuang keras melawan nasib yang tak pernah berpihak padaku. Selam ini, aku berjuang untuk bisa membanggakan ayahku serta membayar budi baik Pak Bambang dengan prestasi-prestasi yang aku ukir selama aku mengenyam pendidikan. Tak pernah sekalipun dalam sejarah pendidikanku nilai merah ada pada nilai-nilai ulangan dan raporku. Semua guru dan teman-temanku tak mengelak kalau aku termasuk anak yang berpotensi. Aku sangat bersyukur karena itu. Seorang anak pemulung yang diberi otak cemerlang oleh Tuhan. Aku bersyukur ayahku bangga padaku. Ah, tapi sekarang…saat teman-temanku yang lain sibuk mempersiapkan kelanjutan study mereka di perguruan tinggi, aku hanya bisa terpekur di sudut kamar. Mungkin memang harus jalan ini yang aku pilih. Hanya sekedar mengantarkan teman-teman yang bisa melanjutkan study mereka dengan doa dan senyum simpulku karena pada nyatanya, aku harus memendam rapat-rapat keinginanku untuk kuliah. Aku tak akan pernah bisa menginjakkan kaki di bangku universitas, karena aku hanya anak seorang pemulung.
Teman, inilah rasa sakit hati yang aku katakana padamu. Bisakah kalian bayangkan, ketika semangat belajar menggebu-gebu memenuhi relung hati. Ketika bara api berkobar-kobar menjilat semua benda disekelilingnya, menaklukkan apapun yang menghalanginya meraih yang ia damba, tetapi tiba-tiba hujan menghapus rata kobaran api tersebut, sirna tak bersisa. Seperti itulah keadaanku sekarang. Sungguh, hanya karena aku seorang anak penulung yang tak akan sanggup memenuhi tuntutan keuangan perguruan tinggi, aku harus melupakan semua cita-cita luhurku. Aku sadar, masih banyak cara yang bisa kutempuh untuk menggapai mimpiku, tapi rasanya ribuan jalan yang ada pun telah tertutup rapat, tak pernah memberiku kesempatan. Teman, cita-cita menjadi dokter hanya akan terjadi di imajinasiku saja, karena aku sekarang, selepas lulus SMA tak akan melanjutkan pendidikan. Ini bukan hanya sekedar siratan rasa pesimis yang membuncah. . . tapi juga ratapan tangis hati atas semua hal yang ada. Aku masih ingin kuliah, aku masih ingin menimba ilmu, aku masih ingin mewujudkan cita-citaku.
Tuhan. . .tak ada tempat lain bagiku untuk mengadukan segala kegundahan hati ini, pada siapa lagi harus kuteriakkan dengan lantang dan tegas bahwa “ AKU INGIN KULIAH !!!” Read More..
Aku seorang anak pemulung. Namaku Susanti, nama asli pemberian almarhum ibuku. Entah apa yang ingin ibu tunjukkan padaku dari nama itu. Aku tak tahu maksudnya, karna aku tak pernah sempat berbicara padanya hingga akhir hayatnya. Ku ulangi lagi, aku seorang anak pemulung. Ayahku Abdul Ahmad adalah seorang pemulung. Bisakan kalian bayangkan bagaimana kerja keras yang harus dijalani ayahku?? Untung saja almarhum ibuku meninggalkan sepetak tanah di kota metropolitan ini. Kami bisa mendirikan gubuk kecil di sana, bertempst tinggal di sana dengan segala keterbatasan yang ada. Ayahku tak pernah mengajarkanku untuk merasa malu dan berkecil hati dengan segala kurang yang ada. Bahkan ayahku tak pernah sedikitpun membiarkanku meratapi perihnya nasib yang harus kami tanggung. Ibarat bumi, aku tak akan pernah bisa hidup tanpa cahaya darinya. Sungguh sekalipun ayahku seorang yang miskin harta, tapi kebesaran jiwanya tak ada yang mampu menandingi.
Aku masih bisa bernafas lega. Sekalipun ayahku hanya seorang pemulung, tapi aku masih bisa mengenyam pendidikan. Seorang kaya yang budiman, Pak Bambang teman lama ayah, yang selama ini membiayai sekolahku. Aku sangat bersyukur bisa menikmati masa-masa indahh di bangku sekolah. Investasi yang Pak Bambang beri padaku sungguh tak pernah bisa aku balas. Tanpa bantuan itu mungkin aku hanya akan menjadi seorang anak pemulung yang menatap masa depan dengan suram.
Sekarang ini aku adalah seorang susanti anak pemulung berusia 18 tahun. Teman, akan kuceritakan padamu kenapa aku bilang hatiku hancur lebih parah dari rasa patah hati. Saat ini aku masih bersyukur karena aku masih punya ayah, sebuah gubuk tempat tinggal, beberapa buku pelajaran dan investasi pendidikan dari Pak Bambang. Sungguh rasa syukur yang begitu dalam. Aku seperti menjadi anak paling beruntung jika ingat nikmat-nikmat yang Tuhan berikan itu di tengah kerasnya hidup yang harus kujalani.. Usia 18 tahun sebenarnya menjadi usia paling buruk yang selalu aku bayangkan. Jika bisa aku memutar waktu, aku ingin usiaku tak pernah bertambah sampai 18 tahun. 18 tahun berarti masa investasi pendidikan dari Pak Bambang berakhir. Ya, karena janji beliau menyekolahkanku hanya sampai lulus SMA saja. 18 tahun berarti aku harus memendam dalam-dalam mimpiku meninggikan derajat ayah dari sekedar seorang pemulung. Harus kupendam dalam-dalam keinginanku untuk menjadi seorang dokter. Teman, cita-citaku adalah seorang dokter.
Selama ini aku berjuang keras melawan nasib yang tak pernah berpihak padaku. Selam ini, aku berjuang untuk bisa membanggakan ayahku serta membayar budi baik Pak Bambang dengan prestasi-prestasi yang aku ukir selama aku mengenyam pendidikan. Tak pernah sekalipun dalam sejarah pendidikanku nilai merah ada pada nilai-nilai ulangan dan raporku. Semua guru dan teman-temanku tak mengelak kalau aku termasuk anak yang berpotensi. Aku sangat bersyukur karena itu. Seorang anak pemulung yang diberi otak cemerlang oleh Tuhan. Aku bersyukur ayahku bangga padaku. Ah, tapi sekarang…saat teman-temanku yang lain sibuk mempersiapkan kelanjutan study mereka di perguruan tinggi, aku hanya bisa terpekur di sudut kamar. Mungkin memang harus jalan ini yang aku pilih. Hanya sekedar mengantarkan teman-teman yang bisa melanjutkan study mereka dengan doa dan senyum simpulku karena pada nyatanya, aku harus memendam rapat-rapat keinginanku untuk kuliah. Aku tak akan pernah bisa menginjakkan kaki di bangku universitas, karena aku hanya anak seorang pemulung.
Teman, inilah rasa sakit hati yang aku katakana padamu. Bisakah kalian bayangkan, ketika semangat belajar menggebu-gebu memenuhi relung hati. Ketika bara api berkobar-kobar menjilat semua benda disekelilingnya, menaklukkan apapun yang menghalanginya meraih yang ia damba, tetapi tiba-tiba hujan menghapus rata kobaran api tersebut, sirna tak bersisa. Seperti itulah keadaanku sekarang. Sungguh, hanya karena aku seorang anak penulung yang tak akan sanggup memenuhi tuntutan keuangan perguruan tinggi, aku harus melupakan semua cita-cita luhurku. Aku sadar, masih banyak cara yang bisa kutempuh untuk menggapai mimpiku, tapi rasanya ribuan jalan yang ada pun telah tertutup rapat, tak pernah memberiku kesempatan. Teman, cita-cita menjadi dokter hanya akan terjadi di imajinasiku saja, karena aku sekarang, selepas lulus SMA tak akan melanjutkan pendidikan. Ini bukan hanya sekedar siratan rasa pesimis yang membuncah. . . tapi juga ratapan tangis hati atas semua hal yang ada. Aku masih ingin kuliah, aku masih ingin menimba ilmu, aku masih ingin mewujudkan cita-citaku.
Tuhan. . .tak ada tempat lain bagiku untuk mengadukan segala kegundahan hati ini, pada siapa lagi harus kuteriakkan dengan lantang dan tegas bahwa “ AKU INGIN KULIAH !!!” Read More..
Satuan Pendidikan Tinggi di Indonesia
Banyak hal dan informasi yang perlu kita ketahui untuk melangkah kejenjang pendidikan tinggi. Mungkin diantara kamu masih ada yang belum tahu tentang satuan pendidikan tinggi di Inonesia itu sendiri. Apa sih beda Institut sama universitas? Politeknik itu apa? Beda sama akademi apaan dong? Agar lebih jelasnya berikut ini langsung kami petik dari Peraturan Pemerintah NOMOR 60 TAHUN 1999 tentang satuan pendidikan tinggi di negara tercinta ini.
Pasal 6
(1) Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut
perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut atau universitas.
(2) Akademi menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian tertentu.
(3) Politeknik menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam
sejumlah bidang pengetahuan khusus.
(4) Sekolah Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/
atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu.
(5) Institut menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian yang sejenis.
(6) Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian tertentu.
Nah bedanya apa?
Universitas adalah perguruan tinggi yang mempunyai program studi paling beragam: eksakta, sosial, teknologi sampai sastra yang dikelompokkan dalam fakultas-fakultas. Institut hampir mirip dengan universitas, bedanya hanya membuka pendidikan dalam ilmu sejenis, misalnya ITB, IPB, ITS. Misalnya ITB, bisa dikatakan hampir semua fakultasnya mempunyai landasan yang berkaitan dengan dunia teknik. Sedangkan Sekolah Tinggi adalah PT yang menyelenggarakan hanya satu program profesi sesuai dengan spesialisasinya, misalnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Adapun Akademi atau Politeknik biasanya hanya menyelenggarakan satu jurusan atau program studi dan menekankan pada pendidikan kejuruan yang menggembleng mahasiswa dalam hal keterampilan praktek kerja dan kemampuan untuk mandiri.
Nah semoga bermanfaat untuk membantu menentukan pilihan mu ! :)
take a chance, make a change and breakaway!
salam
Read More..
Kamis, 25 Februari 2010
AKU INGIN KULIAH
Akan menjadi pembicaraan yang hangat dibicarakan oleh anak-anak kelas 3 SMA dan sederajat di akhir tahun ajaran, adalah rencana melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.Menjadi salah satu impian terbesar bagi beberapa anak, melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, baik di dalam maupun di luar negeri. Semua tergantung pada niat, minat dan kepuasan hati masing-masing. Sering banget yang namanya berdiskusi tentang kelanjutan study, baik dengan keluarga, teman sekolah, dengan guru, konseling dan lainnya. Perguruan tinggi membuka lebar akses masuk menjadi kandidat mahasiswa baru, asal otak jumlah angka “0″ dalam persediaan rupiah keluarga mendukung.
Banyak alasan yang membuat pelajar kelas 3 SMA atau sederajat bersikukuh ingin kuliah. Mereka mungkin melihat dari sistem pengajaran yang lebih baik jika dibanding pendidikan formal di bawahnya, pelatihan kemandirian dalam belajar, mengkaji masalah yang lebih kompleks, ilmu-ilmu yang lebih dominan, dan banyak alas an pendukung seperti aktivitas mahasiswa yang padat, organisasi serta himpunan mahasiswa yang tentu akan menambah pengalaman. Ya, walau semua itu baik atau tidaknya tetap tergantung pada mahasiswa/mahasiswinya sendiri. Kalau memang serius belajar ya pasti bisa. Mereka yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi baik luar maupun dalam negeri pasti punya network yang lebih luas untuk prospek kerja nanti. Apalagi di ke Indonesia untuk melamar kerja, biasanya sarjana lebih dicari, karena jaminan mutu, pengalaman dan ilmu.
Masalah yang sering muncul ketika kita membulatkan tekad untuk kuliah lagi-lagi masalah biaya, (segmen ini pengecualian bagi orang-orang berdompet tebal diluar sana). Kuliah mahal, belum biaya pulang-pergi, terus untuk biaya hidup selama kuliah bertahun-tahun. Iya kalau setelah kuliah jaminan kerja pasti, kalau tidak ?? Itu yang sering menjadi momok bagi sebagian pelajar dengan ekonomi keluarga menengah. Tapi walaupun begitu pasti tetap ada jaln. Salah satunya adalah beasiswa. Banyak sekali vbeasiswa yang ditawarkan sebelum kita mendaftar perguruan tinggi, atau setelah mendaftar pun pasti banyak jalan, asal kita ada kemampuan dan motivasi
Menuntut ilmu itu sebenarnya salah satu alasan yang kuat untuk bisa mewujudkan keinginan kuliah.Sering-sering cari informasi dari internet, tentang beasiswa-beasiswa, tentang prodi perguruan tinggi supaya kita tidak hanya stuck pada satu jalan. Tidak boleh pesimis. Setidaknya kita bisa berkaca dimana letak kekurangan kita untuk persiapan masuk perguruan tinggi, asal benar-benar diusahakan untuk belajar yang keras, pasti bisa. Yang penting jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada untuk terus melangkah menyongsong masa depan cemerlang. Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Read More..
Banyak alasan yang membuat pelajar kelas 3 SMA atau sederajat bersikukuh ingin kuliah. Mereka mungkin melihat dari sistem pengajaran yang lebih baik jika dibanding pendidikan formal di bawahnya, pelatihan kemandirian dalam belajar, mengkaji masalah yang lebih kompleks, ilmu-ilmu yang lebih dominan, dan banyak alas an pendukung seperti aktivitas mahasiswa yang padat, organisasi serta himpunan mahasiswa yang tentu akan menambah pengalaman. Ya, walau semua itu baik atau tidaknya tetap tergantung pada mahasiswa/mahasiswinya sendiri. Kalau memang serius belajar ya pasti bisa. Mereka yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi baik luar maupun dalam negeri pasti punya network yang lebih luas untuk prospek kerja nanti. Apalagi di ke Indonesia untuk melamar kerja, biasanya sarjana lebih dicari, karena jaminan mutu, pengalaman dan ilmu.
Masalah yang sering muncul ketika kita membulatkan tekad untuk kuliah lagi-lagi masalah biaya, (segmen ini pengecualian bagi orang-orang berdompet tebal diluar sana). Kuliah mahal, belum biaya pulang-pergi, terus untuk biaya hidup selama kuliah bertahun-tahun. Iya kalau setelah kuliah jaminan kerja pasti, kalau tidak ?? Itu yang sering menjadi momok bagi sebagian pelajar dengan ekonomi keluarga menengah. Tapi walaupun begitu pasti tetap ada jaln. Salah satunya adalah beasiswa. Banyak sekali vbeasiswa yang ditawarkan sebelum kita mendaftar perguruan tinggi, atau setelah mendaftar pun pasti banyak jalan, asal kita ada kemampuan dan motivasi
Menuntut ilmu itu sebenarnya salah satu alasan yang kuat untuk bisa mewujudkan keinginan kuliah.Sering-sering cari informasi dari internet, tentang beasiswa-beasiswa, tentang prodi perguruan tinggi supaya kita tidak hanya stuck pada satu jalan. Tidak boleh pesimis. Setidaknya kita bisa berkaca dimana letak kekurangan kita untuk persiapan masuk perguruan tinggi, asal benar-benar diusahakan untuk belajar yang keras, pasti bisa. Yang penting jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada untuk terus melangkah menyongsong masa depan cemerlang. Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Read More..
SERIBU JALAN MENUJU ROMA
Seperti layaknya sebuah anak panah yang baru saja dilepaskan oleh Gatot Kaca. Ringan, terbang jauh melesat, menembus gumpalan angin dengan begitu gesitnya tak peduli apa yang menghalanginya, tetap kencang melayang, jitu, pas mengenai sasaran. Seperti sebuah anak panah itu, asaku jauh, tinggi, melayang tak peduli pada apapun yang menghalangi niatan hatiku untuk kuliah. Ya, untuk kuliah. Rasanya seperti cebol ingin meraih bulan jika aku berkata “ingin kuliah”. Bukan karena merendah, tapi karena beberapa alasan.
Rencana melanjutkan study setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas sepertinya tak bisa lagi dihapus dari deretan rinci buku mimpiku. Aku masih ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya selagi usia masih belia. Aku masih ingin menyelami samudera ilmu yang telah Tuhan hamparkan luas di bumi ini. Salah satu caranya adalah dengan kuliah. Aku ingin kuliah. Ingin mengkaji lebih dalam tentang ilmu-ilmu yang pernah kudapat selama belasan tahun waktuku mempelajarinya di bangku sekolah. Sungguh, aku masih haus akan masa-masa dimana aku banyak menghabiskan waktuku bersama tumpukan buku, materi-materi, pekerjaan rumah dan banyak hal tentang ilmu. Aku adalah ikan yang baru saja menemukan sebuah samudera dengan kesegaran air yang tiada bandingannya. Samudera itu adalah samudera ilmu.
Aku ingin kuliah. Kata itu yang setiap hari muncul, mengisi kekosongan pikiranku hingga aku tak sanggup membendung khayalan yang tiba-tiba mengalir mengisi lamunanku. Berkhayal menjadi seorang mahasiswa dengan segudang aktivitasnya. Bukan karena ambisi, tapi sekedar untuk menyemangati diri saja bahwa suatu saat aku yakin khayalanku akan menjadi nyata adanya.
Untuk mewujudkan sebuah mimpi menjadi nyata tak akan semudah kita membalikkan telapak tangan. Semua butuh usaha dan kerja keras. Apalagi untuk mewujudkan mimpi kuliah di salah satu universitas yang terbilang baik dalam mutu pendidikannya, pasti sangat sulit. Aku harus bersiap mental dan ilmu,meyakinkan diriku untuk siap bersaing dengan teman-teman lain yang juga memperebutkan kursi sebagai mahasiswa di unversitas tersebut. Akan menjadi hal yang sangat menegangkan ketika persaingan-persaingan itu dimulai dan hanya akan menyisakan mereka-mereka yang benar-benar pantas menyandang jas almamater kebanggaan universitas.
Aku ingin kuliah. Bukan semata-mata karena aku gengsi, tapi niatan ingin kuliah ini tulus karena aku ingin mendapat ilmu lebih, aku ingin terus berjuang mengerahkan potensi yang aku miliki untuk terus memperlebar wawasan, memperdalam pengetahuan hingga nanti pada akhirnya ilmu yang kucari ini mampu mengantarkanku pada kehidupan yang lebih baik, menghapus paham-paham kebodohan dan mampu menularkannya pada orang lain atas ilmu yang aku dapat.
Kuliah menjadi jalan terbaik bagiku untuk terus mengembangkan sayap-sayap perjuanganku menempuh sekolah. Kuliah menjadi jembatan bagiku untuk mengangkat derajat seorang anak biasa, yang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Rasanya tak ada jalan yang lebih baik bagiku setelah lulus dari SMA selain melanjutkan study di perguruan tinggi. Aku akan seperti katak dalam tempurung jika niatan untuk kuliah tak tersampaikan. Ya, karena masa-masa kuliah akan menjadi masa-masa emas bagiku untuk belajar banyak hal. Tak hanya kebutuhan akan pelajaran akademik yang nantinya akan kudapat di perguruan tinggi. Tapi lebih dari itu aku bias belajar pengalaman hidup, sosialisasi, kerjasama dan solidaritas dan sosiologi. Banyak hal yang dapat kupelajari sebagai bekal kehidupanku yang lebih baik.
Sebagai modal utama aku bisa kuliah, kumantapkan hati dan pikiranku untuk bisa menerima apapun keputusan alam yang aku terima selama perjuanganku meraih mimpi ingin kuliah. Sebesar apapun halangan yang menghadang, akan kujadikan batu loncatan untuk terus memomppa semangat mengejar perguruan tinggi. Aku tak akan lelah berteriak “Aku ingin kuliaaah…!!!” Percaya seribu jalan menuju roma. Karena aku benar-benar ingin kuliah. Semangatku, seperti layaknya sebuah anak panah yang baru saja dilepaskan oleh Gatot Kaca. Read More..
TAK GENTAR LAWAN BANYAKNYA SERIBU KALI
Momen-momen lulusan sekolah tak akan lama lagi. Semua siswa yang akan menempuh ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan seabrek lagi agenda ujian yang akan dilalui demi mendapatkan ijazah lulus. Di sana-sini banyak ditemui fenomena pelajar yang mendadak menjadi super rajin, tak mau sedetik pun waktu habis tanpa memenuhi ingatan mereka dengan soal-soal, materi dan pembahasan ujian. Ya, sangat menakjubkan. Mereka tak peduli badai, tsunami yang hingar-bingar mengganggu konsntrasi mereka. Sepertinya suasana menjadi begitu khidmat ketika buku-buku soal ujian telah dibuka. Mata, telinga, otak dan semua organ bersatu membentuk barisan-barisan untuk menegakkan satu kata, konsentrasi.
Untuk adik-adik TK yang lulus, tentu seragam merah putih sangat menggoda tiap lirikan mata mereka. Adik-adik lulusan Sd, pasti akan cari SMP-SMP yang menurut mereka cocok. Begitu juga dengan adik-adik SMP, sudah barang tentu jalan setelah lulus adalah SMA, SMK atau Madraasah aliyah. Hal sepeti ini akan menjadi sangat berbeda jika kita melihat nasib kelas 3 di SMA, SMK maupun MA. Mereka akan sibuk dengan pilihan hidup mereka masing-masing. Ada yang kokoh mau langsung bekerja, mengabdikan ilmunya pada masyarakat, ada yang semangat untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, tapi tak sedikit juga yang acuh tak acuh pada masa depannya. Namanya juga pilihan hidup, baik buruk semua ada di tangan si pembuat keputusan.
Kupu-kupu yang memberanikan diri mengepakkan sayapnya, adalah mereka para pelajar kelas 3 SMA atau sederajat yang bermetamorfosis dari kehidupan remaja mereka untuk memasuki satu tingkatan lebih tinggi yaitu menuju dewasa. Mereka tak bisa lagi seperti lulusan seorang anak lulusan SD yang dibimbing orangtuanya melangkah ke depan. Mereka tak lagi seperti robot yang meng-iya-kan semua kata orang, tapi mereka akan berfikir sendiri jalan terbaik yang akan mereka tempuh sebagai gerbang melangkahi kehidupan nyata yang akan mereka lalui setelah usia mereka menuntut untuk berfikir lebih maju dengan realita dan pengetahuan yang dimiliki.
Bagi mereka yang ingin kuliah, satu jalan terbuka lebar untuk memasuki gerbang-gerbang perguruan tinggi. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk melanjutkan sekolah di tingkat yang lebih tinggi. Melalui berbagai jalur penerimaan mahasiswa baru, seleksi masuk, seleksi mandiri, ujian masuk dan banyak cara lagi terbuka lebar sebagai jalan masuk perguruan tinggi. Keinginan untuk kuliah, melanjutkan pendidikan tak akan ada ruginya. Walau anggaran dana tak sedikit, walau banyak rintangan menghadang, tak akan menjadi hal besar yang menghalangi niatan untuk kuliah. Tuntutan zaman yang mendorong semangat para lulusan untuk mengibarkan bendera perjuangan.
Keinginan untuk kuliah akan menjadi cambuk bagi pribadi-pribadi yang serius melangkah untuk masa depan. Menjadi cambuk untuk sadar bahwa perjuangan akan sebanding dengan hasil. Maka akan menjadi hal yang wajar ketika kita ingin mendapatkan apa yang kita inginkan kita harus rela meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran demi terrealisasinya keinginan tersebut.
Keinginan untuk kuliah akan membawa kita pada perubahan pola pikir dan logika yang matang, karena kita harus melalui tahap awal sebagai suatu proses penyeleksian. Keinginan kuliah yang besar, menggebu, akan mampu memenuhi relung berfikir kita bahwa untuk menjadi pribadi yang luar biasa dibutuhkan perjuangan yang luar biasa pula. Bahwa sejatinya hidup itu untuk member sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
Dari perguruan tinggi, ilmu yang kita dapat semestinya bisa menjadi bekal untuk terjun ke dunia masyarakat. Dunia sesungguhnya ketika kupu-kupu berani mengepakkan sayapnya dan terbang menembus awan, melintasi kehidupan-kehidupan, hingga akhirnya mencapai titik kepuasan atas segala upaya yang telah ia usahakan untuk masa depan yang terang.
Selamat dan sukses untuk pejuang kelas 3 yang berusaha tekun mempersiapkan diri di UAN dan seleksi masuk perguruan tinggi. Semangat dan cita-cita harus tetap berkobar walau jalan yang kita lalui tak semulus pada bayangan kita. Justru rintangan-rintangan itu yang mampu manatih kita menjadi diri yang lebih tangguh. Bersaing positif demi masa depan….. Read More..
Untuk adik-adik TK yang lulus, tentu seragam merah putih sangat menggoda tiap lirikan mata mereka. Adik-adik lulusan Sd, pasti akan cari SMP-SMP yang menurut mereka cocok. Begitu juga dengan adik-adik SMP, sudah barang tentu jalan setelah lulus adalah SMA, SMK atau Madraasah aliyah. Hal sepeti ini akan menjadi sangat berbeda jika kita melihat nasib kelas 3 di SMA, SMK maupun MA. Mereka akan sibuk dengan pilihan hidup mereka masing-masing. Ada yang kokoh mau langsung bekerja, mengabdikan ilmunya pada masyarakat, ada yang semangat untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, tapi tak sedikit juga yang acuh tak acuh pada masa depannya. Namanya juga pilihan hidup, baik buruk semua ada di tangan si pembuat keputusan.
Kupu-kupu yang memberanikan diri mengepakkan sayapnya, adalah mereka para pelajar kelas 3 SMA atau sederajat yang bermetamorfosis dari kehidupan remaja mereka untuk memasuki satu tingkatan lebih tinggi yaitu menuju dewasa. Mereka tak bisa lagi seperti lulusan seorang anak lulusan SD yang dibimbing orangtuanya melangkah ke depan. Mereka tak lagi seperti robot yang meng-iya-kan semua kata orang, tapi mereka akan berfikir sendiri jalan terbaik yang akan mereka tempuh sebagai gerbang melangkahi kehidupan nyata yang akan mereka lalui setelah usia mereka menuntut untuk berfikir lebih maju dengan realita dan pengetahuan yang dimiliki.
Bagi mereka yang ingin kuliah, satu jalan terbuka lebar untuk memasuki gerbang-gerbang perguruan tinggi. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk melanjutkan sekolah di tingkat yang lebih tinggi. Melalui berbagai jalur penerimaan mahasiswa baru, seleksi masuk, seleksi mandiri, ujian masuk dan banyak cara lagi terbuka lebar sebagai jalan masuk perguruan tinggi. Keinginan untuk kuliah, melanjutkan pendidikan tak akan ada ruginya. Walau anggaran dana tak sedikit, walau banyak rintangan menghadang, tak akan menjadi hal besar yang menghalangi niatan untuk kuliah. Tuntutan zaman yang mendorong semangat para lulusan untuk mengibarkan bendera perjuangan.
Keinginan untuk kuliah akan menjadi cambuk bagi pribadi-pribadi yang serius melangkah untuk masa depan. Menjadi cambuk untuk sadar bahwa perjuangan akan sebanding dengan hasil. Maka akan menjadi hal yang wajar ketika kita ingin mendapatkan apa yang kita inginkan kita harus rela meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran demi terrealisasinya keinginan tersebut.
Keinginan untuk kuliah akan membawa kita pada perubahan pola pikir dan logika yang matang, karena kita harus melalui tahap awal sebagai suatu proses penyeleksian. Keinginan kuliah yang besar, menggebu, akan mampu memenuhi relung berfikir kita bahwa untuk menjadi pribadi yang luar biasa dibutuhkan perjuangan yang luar biasa pula. Bahwa sejatinya hidup itu untuk member sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
Dari perguruan tinggi, ilmu yang kita dapat semestinya bisa menjadi bekal untuk terjun ke dunia masyarakat. Dunia sesungguhnya ketika kupu-kupu berani mengepakkan sayapnya dan terbang menembus awan, melintasi kehidupan-kehidupan, hingga akhirnya mencapai titik kepuasan atas segala upaya yang telah ia usahakan untuk masa depan yang terang.
Selamat dan sukses untuk pejuang kelas 3 yang berusaha tekun mempersiapkan diri di UAN dan seleksi masuk perguruan tinggi. Semangat dan cita-cita harus tetap berkobar walau jalan yang kita lalui tak semulus pada bayangan kita. Justru rintangan-rintangan itu yang mampu manatih kita menjadi diri yang lebih tangguh. Bersaing positif demi masa depan….. Read More..
Rabu, 24 Februari 2010
Sekolah Vokasi UGM
Bagi teman-teman yang berminat melanjutkan pendidikan D3/ diploma 3, sekolah Vokasi UGM bisa menjadi salah satu pilihan tepat. Dari info yang kami dapat, sekolah vokasi ini dibangun untuk para siswa SMK yang ingin melanjutkan pendidikan, jadi siswa SMK diarahkan ke sekolah vokasi ini atau kita biasa menyebut D3.Berikut kami sertakan informasi tentang sekolah Vokasi UGM dan jalur pendaftarannya.
Visi UGM ialah "Menjadi universitas riset kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat, dan dijiwai Pancasila mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa". Salah satu perwujudan dari visi tersebut, khususnya dalam hal kontribusi UGM untuk turut menyiapkan tenaga terampil berbasis ilmu pengetahuan, ialah mengorganisasikan Program Diploma ke dalam manajemen Sekolah Vokasi.
Sekolah Vokasi adalah Lembaga Pendidikan Diploma sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga UGM yang merupakan pelaksana akademik sederajat dengan politeknik yang menyelenggarakan Program Pendidikan Vokasi dan/atau Pendidikan Profesi mencakup Program Diploma pada jenjang D1, D2, D3, dan D4 yang bersifat terminal.
Sekolah Vokasi hadir untuk lebih mendekatkan diri (link and match) antara penyediaan pendidikan keterampilan dengan masyarakat pengguna lulusan. Pembaharuan ini meliputi pengembangan proses dan fasilitas akademik, kegiatan kemahasiswaan maupun kerja sama dengan instansi terkait.
Karakteristik Sekolah Vokasi dicirikan dengan mayoritas kegiatan praktek sebagai penjabaran teori yang mendasarinya sehingga mahasiswa peserta didik menjadi terampil sebelum memasuki dunia kerja setelah lulus nantinya.
Jadwal dan biaya pendaftaran Program Diploma Sekolah Vokasi:
JALUR BIAYA KODE PERIODE PEMBAYARAN
PBUTM Rp. 10.000 1 2 Feb – 18 Maret 2010
PBUB & PBUSMAK Rp. 150.000 2 22 Feb – 18 Maret 2010
PBUPD Rp. 300.000 3 2 Feb – 18 Maret 2010
UTUL Gel. I Rp. 150.000 4 1 Maret – 28 April 2010
UTUL Gel. II Rp. 150.000 5 3 Mei – 4 Agustus 2010
Pembayaran biaya pendaftaran dapat dilakukan di Kantor Cabang Bank BTN (bukan Kantor Pos / eBatara Pos).
Saudara tidak perlu menggunakan nomor rekening tujuan.
Cukup beritahukan Kode (lihat tabel diatas) dan No. Induk Siswa di sekolah (ambil angkanya saja dan maksimal 9 angka terakhir).
Contoh:
31234, untuk pembayaran PBUPD (kode 3) dengan No. Induk Siswa 1234.
Kemudian Teller Bank BTN akan mencatatkan data pembayaran ke Sistem Host To Host UGM. Data pembayaran akan secara otomatis tersimpan di database UGM.
Pada Bukti Pembayaran akan terlihat password dan tanggal pembayaran untuk login ke http://um.ugm.ac.id/ dan melakukan pendaftaran.
# PENELUSURAN BIBIT UNGGUL TIDAK MAMPU (PBUTM)
PBUTM merupakan bentuk kepedulian Program Diploma Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada terhadap siswa dengan kemampuan akademik tinggi tetapi tidak mampu secara ekonomi. Peserta diusulkan oleh sekolah maksimal dua peserta tiap sekolah. Peserta dibebaskan dari biaya pendidikan selama 6 semester ditanggung oleh UGM, jika memenuhi prestasi yang ditetapkan dan dievaluasi setiap tahun.
# PENELUSURAN BIBIT UNGGUL PEMBANGUNAN DAERAH (PBUPD)
PBUPD merupakan bentuk kepedulian Program Diploma Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada terhadap pembangunan daerah melalui program kemitraan antara daerah dengan UGM. Ditujukan kepada putra-putri daerah yang memiliki komitmen tinggi dalam pembangunan daerah yang diusulkan dan dibiayai oleh Pemda, institusi pemerintah dan/atau perusahaan yang kredibel di daerah.
# PENELUSURAN BIBIT UNGGUL BERPRESTASI (PBUB)
PBUB ditujukan bagi siswa dengan kemampuan akademik disertai dengan prestasi bidang ipteks (ilmu pengetahuan teknologi, dan seni) Peserta diusulkan oleh sekolah dengan jumlah maksimal dua peserta tiap sekolah dengan pilihan program studi sesuai bidang prestasinya. Peserta seleksi ini dibebaskan dari biaya SPP selama enam semester.
# PENELUSURAN BIBIT UNGGUL SEKOLAH MENENGAH ATAS, MADRASAH ALIYAH, DAN KEJURUAN (PBUSMAK)
PBUSMAK merupakan seleksi bagi siswa-siswi SMA, MA, dan SMK untuk memasuki Program Diploma Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada melalui program seleksi administrasi akademik sebagai upaya untukmenjaring calon mahasiswa UGM yang memiliki kemampuan akademik, ketrampilan dan kematangan pribadi, yang ditunjukkan dengan prestasi yang telah dicapai di Sekolah.
# UJIAN TULIS ( UTUL )
UTUL diadakan untuk seleksi calon mahasiswa baru Program Diploma Sekolah Vokasi UGM yang berkualitas dengan kemampuan akademik disertai penguasaan bidang keahlian yang unggul untuk menunjang penyelesaian pendidikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Materi seleksi meliputi Tes Potensi, Pengetahuan Dasar, Ilmu Pengetahuan Alam / Ilmu Pengetahuan Sosial (sesuai program studi yang dipilih). Read More..